Guru x Murid
“Guru, silahkan minum.”
Jeonghyeon meletakkan gelas air di depan tutornya, Zhanghao. Ini adalah tepat hari ke-20 dia menerima pelajaran darinya.
Tanpa curiga Zhanghao mengambil gelas yang disuguhkan Jeonghyeon dan meminum nya setelah mengucapkan terimakasih.
“Apa ini? lemon ya?” tanyanya yang dihadiahi anggukan pelan oleh muridnya.
Jeonghyeon hanya mengangguk pelan. “Bagaimana, Guru?”
“Eum. Lumayan..” jawabnya.
Jeonghyeon hanya diam menatap buku pelajaran tanpa berniat memulai pembicaraan lagi.
Bukan tak ada maksud ia hanya diam seperti itu. Menunggu reaksi mungkin.
Sesekali ia melirik Zhanghao yang masih setia dengan minumannya yang sesekali berjenggit saat merasa asam –tentu karena itu lemonade- kemudian mengalihkan lagi padangannya ke arah lain.
Sekali lagi. ia melirik ke arah Zhanghao.
Zhanghao baru saja meletakkan gelas yang isinya masih tersisa separuh di atas meja. Bergerak gelisah dan tak nyaman di bangkunya. Sesekali ia memegang tengkuknya.
'gotcha!' batin Jeonghyeon.
Zhanghao benar-benar terlihat tak nyaman sekarang. Bergerak kesana-kemari tak menentu. Melihat-lihat keadaan sekitar. Diam sejenak dan kembali bergerak gelisah.
“Guru, wajahmu sangat merah. Apa anda baik baik saja?” Pemuda itu memandang Zhanghao dengan 'prihatin'.
Zhanghao tersentak kembali ke kenyataan. Saat ini, dia bisa merasakan panas yang tak tertahankan di dalam dirinya, “Aku baik-baik saja. Agak panas.”
“Hari ini benar-benar sedikit panas. Aku akan menyalakan AC.” Pendingin udara yang sejuk secara bertahap mendinginkan suhu ruangan, tetapi tidak bisa menenangkan panas terik di tubuhnya.
“Guru, ada apa?” Jeonghyeon menatapnya.
“Tidak apa.” Zhanghao menunduk. Keinginan jahat yang tiba-tiba membuat rasa malu muncul di hatinya. Dia membayangkan muridnya menekannya di atas meja dan menggunakan kemaluannya yang mengamuk untuk menusuk lubang kecilnya yang haus tanpa ampun. Begitu ide itu muncul di kepalanya, dia tidak bisa memadamkannya. Bayangan hanbin yang bermain-main dengan tubuhnya sesekali muncul di kepala Zhanghao. Dia memaksa dirinya untuk berkonsentrasi pada pelajaran, menggunakan semua kekuatannya untuk berhenti memikirkan hal-hal lain itu.
“Kata ini di sini adalah kata seru. Kamu memasukkannya ke dalam kalimat untuk menekankan suatu subjek.”
Kamu suka penisku? Kemarilah dan duduk dipangkuanku.
“Opsi A sangat membingungkan. Jika kamu menemukan pertanyaan semacam ini, kamu perlu membacanya dengan hati-hati atau kamu akan memilih jawaban yang salah.”
Teruslah menjepitku dengan lubang mu itu. Aku akan menyetubuhi mu sampai kau kehilangan akal.
“Mmn… Paragraf ini artinya…”
“…”
Zhanghao tidak tahu apa yang terjadi dengan tubuhnya, mengapa bayangan-bayangan kotor terus tergambar dipikirannya? Apa yang salah? Dia menginginkan dirinya dirusak sampai lututnya lemas. Tapi darimana keinginan ini muncul?
Tiba-tiba dia memandang wajah muridnya dengan tuduhan. Air itu. Pasti lemonade itulah penyebabnya! Bukankah sebelumnya baik-baik saja hingga dia meminum lemon pemberian Jeonghyeon?
“Kenapa anda menatapku seperti itu guru? Apa yang salah?”
“Tidak apa-apa, tutor hari ini dicukupkan sampai disini. Aku akan ke kamar mandi terlebih dahulu. Kamu bisa meninjau materi sendiri di ruang belajarmu.” Dengan terhuyung-huyung Zhanghao berjalan ke arah kamar mandi. Panas di tubuhnya membuat sesuatu dibawah sana bergejolak.
Melihat gurunya kacau, senyum miring terpatri di wajah Lee Jeonghyeon.
'Aku sudah menunggu sekian lama hanya untuk moment ini.'
Kemudian dia beranjak ke ruang belajarnya.
Bahkan setelah menenangkan diri dengan air dingin, perasaan asing di tubuh Zhanghao tidak menghilang. Alih-alih semakin memanas hingga kepalanya terasa pening. Dia semakin yakin bahwa sumber masalahnya adalah lemon dari Lee Jeonghyeon. Tapi untuk apa dia melakukan itu?
Dia mengeluarkan handphonenya, berusaha untuk menghubungi kekasihnya, Sung Hanbin supaya bisa menjemput pulang. Namun panggilan dari Lee Jeonghyeon memutus usahanya.
“Zhang Laoshi, bisakah Anda datang ke ruang belajar saya sebentar lagi?” Itu adalah suara rendah Jeonghyeon.
Zhanghao sangat ketakutan hingga seluruh tubuhnya gemetar. Setelah lama linglung, dia akhirnya menjawab, “Baiklah ... aku akan segera ke sana ...”
Hari ini, ibu Lee Jeonghyeon sedang bekerja. Dia adalah seorang perawat dan dia sering sibuk. Untuk mencapai kesepakatan bisnis, ayahnya juga jarang berada di rumah.
Jeonghyeon diam-diam membaca buku di tangannya. Zhanghao duduk di dekat meja dan dengan gugup menatap wajah tanpa ekspresi pemuda itu. Meski dia baru mahasiswa semester dua, tetapi dia memiliki tampilan dewasa dan bermartabat.
“Saya mengalami peningkatan dalam pelajaran di kampus akhir-akhir ini. Saya harap Anda bisa terus mengajari saya.”
“Tentu saja, ini yang harus aku lakukan. Harus dilakukan!” Zhanghao dengan cepat berbicara. Pemuda itu membuatnya merasa sangat ketakutan. Dia tidak berani membuat langkah terkecil. Lee Jeonghyeon segera mengetahui bahwa ada yang tidak beres dengan dirinya.
“Ada apa, Guru? Dari sejak kita belajar kamu terus berperilaku aneh. Apakah kamu sakit?” Pemuda itu mendekat padanya dan bertanya dengan prihatin.
'kamu…'
“Bukan apa-apa…” Zhanghao menggelengkan kepalanya. Sedikit gerakan membuatnya merasa seperti akan kehilangan kendali..
“Seluruh tubuhmu kaku. Apakah Anda merasa tidak nyaman?” pemuda itu terus bertanya.
“Tidak… Ini…” Zhanghao hampir tidak bisa berkata-kata. Dia berdoa agar muridnya tidak melihat perubahan pada tubuhnya.
Tanpa sepatah kata pun, Jeonghyeon berdiri dan mengangkat Zhanghao, lalu meletakkannya di sofa di sebelah jendela.
Gerakan tiba-tiba pemuda itu menyebabkan bendungan di dalam Zhanghao jebol. Sfingternya rileks dan air mani basah yang hangat segera mengalir keluar tanpa henti. Dia mengenakan celana khaki kasual hari ini, dan bahan katunnya langsung basah kuyup. pemuda itu juga bisa merasakan basah hangat di lengannya. Otak Zhanghao meledak. Ia merasa malu dan bersalah. Dia tidak menginginkan apa pun selain mati.
“Guru,” Pemuda itu tiba-tiba angkat bicara. “Apakah Anda tahu mengapa saya meminta Anda untuk menjadi tutor?
Zhanghao menatapnya dengan bingung kemudian menggelengkan kepalanya.
“Sejak aku melihatmu di kampus, aku mulai memperhatikanmu. Kemudian mengetahui bahwa kamu adalah seorang guru les, aku menghubungimu tanpa basa-basi. Sejak saat itu keinginanku untuk dirimu melebihi batas alam bawah sadarku. Namun kau menghancurkan hatiku dengan fakta bahwa kamu sudah memiliki kekasih. Tapi tidak masalah, tidakkah kau ingin tahu bagaimana rasanya disetubuhi begitu keras di tempat ini sampai kau mati dan pergi ke surga?”
pemuda itu meraih di antara kedua kaki Zhanghao dan mengusapnya di atas kain basah. Zhanghao memutar pinggangnya dan mencoba melawan, tetapi pemuda itu menahannya.
“Aku tiba-tiba sangat ingin tahu seperti apa wajah kecil imut ini saat kamu mencapai klimaks. Sayang sekali, pemuda Sung Hanbin itu mengambilmu terlebih dahulu. Bagaimana rasanya? Apakah bercinta dengannya sangat luar biasa? Ya.. Guru. Mungkin kamu sudah memperhatikan ada yang salah dengan minuman di gelas. Kamu ingin tahu jawabannya?”
Lee Jeonghyeon mendekatkan wajahnya ke telinga Zhanghao kemudian berbisik rendak, “Ada obat didalamnya. Sesuatu yang bisa membuatmu kehilangan kendali.”
Zhanghao menatap pemuda itu dengan ketakutan. Dia sangat terkejut sehingga dia lupa untuk melawan. Pemuda itu melepas celananya dan menjilat telinganya dengan vulgar. Dia berbicara, “Zhang laoshi, aku ingin menguji kinerja obat.”
Pemuda itu mendorong jarinya ke pintu masuk gua yang lengket lalu membuat gerakan menggunting.
Jari-jari pemuda itu panjang dan gesit. Perasaan itu begitu menggairahkan sehingga Zhanghao tanpa sadar melengkungkan pinggangnya ke depan. Meskipun dia sudah disetubuhi beberapa kali oleh kekasihnya, dia masih tidak yakin bagaimana menanggapi situasi di depannya.
Muridnya sedang memasukkan jari ke dalam dirinya… Selanjutnya… Rasanya menyenangkan…
Dia merajut alisnya dan menahan perasaan anusnya digali. Jika itu adalah Sung Hanbin, Zhanghao pasti sudah menggoyangkan pantatnya dan dengan penuh semangat mengayunkan pinggulnya sehingga mereka bisa menembus lubang kecilnya dengan penis besarnya. Namun, saat ini, dia tidak memiliki keberanian untuk melakukan itu.
“Jeong ... Jeonghyeon, aku mohon padamu ... Tolong hentikan.” Erangan manis keluar dari bibirnya. Dia mengulurkan tangan dan mencoba mendorong pemuda itu menjauh. Tubuh di bawah kemeja putih itu berotot, membuat tubuhnya pegal karena panas terik. Dia berulang kali menghindari jari laki-laki yang tercebur ke dalam lubang kecilnya dan berkata, “… Jeonghyeon, kamu… kamu adalah muridku. Bagaimana bisa kamu melakukan hal seperti itu…?”
Perjuangan Zhanghao sia-sia, berusaha menghentikan perilaku sesat pemuda itu. Selama pemuda itu berhenti, dia akan segera pergi dan tidak pernah kembali. Namun, bagaimana mungkin pemuda berdarah panas itu melewatkan pesta lezat hanya dengan beberapa kata sederhana? Dia meraih tangan Zhanghao, menarik dasi di atas sofa, dan mengikatnya menjadi satu. Pada saat yang sama, dia memisahkan kaki Zhanghao. Setelah melirik tempat itu, pemuda itu menyeringai dan tertawa.
“Apa maksudmu kau tidak mau? Penismu begitu keras sehingga bocor. Zhang Laoshi, kamu benar-benar pelacur.”
Wajah Zhanghao memerah. Pemuda itu menggunakan jarinya untuk mendorong dengan lembut ke dalam rongga anus. Milik Zhanghao bergetar dan bergoyang, memuntahkan lebih banyak cairan. Dia memandang pemuda itu dengan khawatir, sisa moral terakhirnya berteriak padanya untuk melarikan diri. Namun dibawah pengaruh obat, tubuhnya menjadi nakal secara bertahap… Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengintip selangkangan pemuda itu. Itu besar. Dia menjilat bibirnya yang kering. Namun, dia masih belum menyerah pada niatnya dan berbisik, “Jeong.. Jangan… Lakukan itu… Aku sudah memiliki kekasih..”
Pemuda itu tersenyum. Dia menundukkan kepalanya dan menelan batang Zhanghao.
“Mm…” Zhanghao menutup mulutnya, lalu membuka matanya lebar-lebar dan melihat bagian bawahnya yang sebagian berada di dalam mulut pemuda itu. Lidah yang gesit melayang di atas kelenjar dan dengan lembut menjilat batangnya. Dipermainkan seperti itu membuat tubuh Zhanghao meleleh. Dia menembak bebannya tiga kali berturut-turut.
Zhanghao menatap pemuda itu dengan kaget. Tindakan mengosongkan bolanya membuat kepalanya kosong. pemuda itu menarik ritsletingnya dan mengambil penisnya yang besar. Zhanghao segera melihatnya dengan rakus. Dia hampir dikendalikan obat sepenuhnya.
“Zhang laoshi, apakah kamu ingin mengisap penis besar ini?” Pemuda itu bertanya padanya.
Zhanghao ragu-ragu dan memandangi tongkat besar pemuda itu. Tangannya sepertinya kesurupan dan dia mengulurkan tangan untuk menggenggamnya. Itu keras dan panas, besar dan panjang. Ujungnya bahkan mengeluarkan sedikit cairan. Dia benar-benar ingin mencicipinya, agar cepat menembus kedalamannya yang terdalam. Zhanghao menggosokkan tangannya ke batang pemuda itu, tangannya lengket dengan sekresi dari kelenjar. Dia membungkuk dan ujung lidahnya dengan lembut menjilat kelenjar raksasa itu.
Pemuda itu bermain-main dengan bokong Zhanghao. Dia meremasnya, lalu mencubitnya. Jari-jarinya mengikuti alur langsung ke pintu masuk gua. Dia membuka pantatnya dan jari telunjuknya bergantian memompa masuk dan keluar lubang. Gerakan itu menggores rasa gatal Zhanghao yang tak tertahankan. Dia mengangkat pantatnya tinggi-tinggi dan membiarkan pemuda itu bermain dengannya sambil menghisap batang daging pemuda itu lebih keras.
“Zhang laoshi, mulut kecilmu sangat pandai menghisap.” pemuda itu menggunakan suara yang dalam untuk menghela nafas sebagai penghargaan. Dia mendorong kepala Zhanghao ke bawah dan dengan agresif menyetubuhi mulut kecilnya. Air liur dan sekresi membasahi organ. Zhanghao dipaku begitu keras sehingga dia tidak bisa bernapas. Setelah beberapa waktu, pemuda itu mengerang dan mengeluarkan penis nya dari mulut Zhanghao. Air mani nya menetes ke mana-mana di sofa.
Akhirnya, saatnya untuk base terakhir. Pemuda itu menyandarkan kaki Zhanghao di pundaknya dan meletakkan penisnya yang besar dan tebal di pintu masuk lubang kecil itu. Dengan sedikit usaha, kelenjar besar segera membelah pintu masuk dan masuk ke dalam. Zhanghao memulihkan akalnya dan mati-matian berjuang. Dia memohon kepada pemuda itu, “Jeonghyeon! Jeonghyeun! Aku nggak mau! Please.. Please.. Keluarin!”
Di dalam lubang terasa panas, kencang, dan sesekali bergetar. Itu bahkan lebih menyenangkan daripada mengisap mulut atasnya. pemuda itu tidak punya waktu untuk memperhatikan kata-kata Zhanghao. Dia mendorong pinggulnya dan seluruh panjang penis yang panjang dan keras meluncur masuk.
“JANGAN!” Zhanghao menjerit dan menangis. Batang tebal di lubang kecilnya menghancurkan moral terakhirnya. Dia merasa malu dan terhina, namun dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya dan mulai merasa terangsang. Dia menangis terus-menerus seperti perawan yang diperkosa. Pemuda itu terus bergerak, menjangkau lebih dalam lagi. Wajah menangis Zhanghao membuatnya bersemangat. Dia menggoda puting Zhanghao dan penis kecilnya yang sekali lagi berdiri. Dia menguleni dan mencubit. Kadang-kadang, dia bahkan menggigit bagian yang bengkak dengan giginya. Dia tanpa ampun memukul dengan ekstasi ke dalam gua yang berdaging, menjatuhkan Zhanghao ke kiri dan ke kanan.
“Sungguh lubang kecil yang sempit. Ini benar-benar… Luar biasa…” pemuda itu terengah-engah, tidak pernah berhenti mengayunkan pinggulnya. Zhanghao menutup matanya. Tetesan air mata besar jatuh seperti mutiara dari sudut matanya. pemuda itu menjulurkan lidahnya dan menjilat cairan asin erotis itu.
“Tubuhmu jelas sangat bernafsu. Mengapa kamu menangis seperti baru saja kehilangan keperawanan?” Dia memainkan Zhanghao begitu keras sehingga sekresi seksual meluap ke saluran anal. Zhanghao belum pernah ditembus sedalam ini sebelumnya, atau dengan penis yang begitu besar dan tebal. Dia merasakan kenikmatan yang hebat sehingga seluruh tubuhnya bergetar.
Semakin pemuda itu menidurinya, semakin dia terangsang. Dia berguling di atas Zhanghao dan berbaring miring, batang daging mendorong lebih dalam lagi. “Lonte, enak gak dientot sama murid sendiri?” pemuda itu mendorongnya dengan kasar saat dia menanyai Zhanghao.
Zhanghao dengan keras kepala mengatupkan rahangnya dan tidak mengatakan sepatah kata pun, tetapi dadanya yang naik-turun dan punggung melengkung mengkhianatinya. Melihat reaksinya, pemuda itu terkekeh dengan suara rendah. Dia mengubah sudut serangnya dan menembus G-spot beberapa kali. Lubang kecil itu sangat kacau sehingga terasa sakit dan bengkak seolah-olah telah ditumbuk menjadi bubur. Zhanghao terus terengah-engah. Kesenangan yang luar biasa membuatnya ingin melarikan diri.
Pemuda itu dengan sengaja memperlambat langkahnya dan menggosok rongga anus. Goyangan lembut ini sepertinya membuat Zhanghao gila. Lubang kecil itu mulai terasa sangat gatal di dalamnya. Itu mengerut dengan haus. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengangkat pinggangnya dan menghisap kemaluan pemuda itu.
“Lonte, gimana? Enak gak dientot ama murid sendiri? Hmm? Jawab.” pemuda itu sekali lagi bertanya.
“Enak… Enak banget Jeong.. Punya kamu gede banget.. Enak…” Zhanghao akhirnya membuang rasa malunya yang terakhir. Dia mengguncang pantatnya dan dia tanpa henti melontarkan semua kata-kata cabul yang diajarkan pemuda itu kepadanya, “Jeong… Fuck me harder. Fuck my brains out… My tight hole… Hurry… Hurry up, my little hole still wants more… Ahh Jeonghyeon.. cum inside me ”
Air mata terbentuk di ujung matanya. Saat ini, dia lebih tidak bermoral daripada pelacur mana pun. Dia mengayunkan pinggangnya tanpa kendali dan menggoda pemuda berdarah panas itu sampai dia menembak lagi.
Lee Jeonghyeon merentangkan kaki milik guru cantik dibawah kendalinya dan menyetubuhi dengan sangat liar sehingga cairannya meluap dari lubang, pemandangan yang sangat cabul.
Zhanghao tanpa daya membiarkan pemuda itu menidurinya. Langkah pemuda itu cepat dan kuat. Suara kulit beradu memenuhi seluruh ruangan. Ketika Jeonghyeon menghujam G-spot Zhanghao, dia menggilingnya dengan kuat untuk waktu yang lama, sangat keras sehingga Zhanghao bahkan tidak bisa berbicara. Dia hanya bisa membuka mulutnya setengah dan ngiler dengan senang. Dia telah membak berkali-kali dan mengeluarkan begitu banyak cairan sehingga dia benar-benar berantakan. Beberapa di antaranya bahkan terciprat ke wajahnya.
Namun Lee Jeonghyeon masih belum keluar juga. Stamina pemuda ini begitu mengerikan.
Jeonghyeon menusuk Zhanghao dengan penisnya dan menidurinya hingga jatuh pingsan.
Handphone Zhanghao bergetar, ada pesan dari Sung Hanbin. Jeonghyeon mengambil nya dan tersenyum licik, sembari tubuh nya menghujam Zhanghao, dia membalas pesan dari Sung Hanbin.