RUBY BELLADONNA

“Buset. Abis maraton lu? Deres banget keringetnya kek tukang gado-gado ngulek kuah kacang pake cabe 7.” Jiayuan ngeledek Linmo yang udah kayak orang abis mandi.

“Ini bukan keringet karena capek. Gue nabrak Sir Mika tadi. Mana gue bentak lagi-_–”

“Lagian bukannya liat-liat. Kan salah sendiri.” Jiayuan ngasih 4 lembar tissue ke Linmo.

“Mataku sudah dibutakan oleh Kak Akira” mata Linmo berbinar. Jiayuan langsung ngeliat bola mata Linmo. Dia ga nemuin AK disitu. Malah yang keliatan diri dia sendiri.

“Oh iya. cara yang kemaren berhasil gak?”

Linmo meneguk air mineral dari botol anak tk yang dia bawa dari rumah. “Berhasil palalu meletek. Ga berhasil. Aku baru nyoba cara yang pertama sih.”

“Makanya coba dulu semuanya! Siapa tau berhasil. Ntar kalo berhasil, traktir aku makan di restoran bintang lima ya..”

Baru aja Linmo pengen ngejitak Jiayuan, eh Sir Mika masuk..

“Good morning! Lets start our lesson today..”

Tau ah. masuk-masuk udah ngomong bahasa inggris. Linmo pengen pingsan di tempat segera. Jadi dia bisa ke uks dan bolos pelajaran bahasa inggris. Tapi sayangnya dia masih mikirin nilai dia.

Dan satu alasan lagi yang bikin dia pengen serius belajar bahasa inggris. Biar dia ngerti AK kalau ngobrol ama Daniel itu ngomong apaan aja.

Bucin detected

Liuyu terpaku cukup lama sebelum mengambil langkah mundur. Dua manik hangatnya mendelik kaget.

“Apa yang kau inginkan?” tanyanya lirih. Zhang Xinyao tersenyum lembut. Mengambil jarak mendekat dan mengelus pipi halus Liuyu dengan kehati-hatian juga penuh damba.

“Jangan takut Xiaoyu, kau bisa percaya padaku.”

“Apa yang kau inginkan?” tanya Liuyu mendesak. Zhang Xinyao maju satu langkah mendekat hingga jarak di antara mereka semakin menipis. Zhang Xinyao kembali tersenyum. Menuntun Liuyu untuk duduk di sofa panjang di dekat jendela. Mengelus tangan putih tanpa cacat itu. Bermaksud menenangkan.

“Xiaoyu, kau tidak merindukanku? 10 tahun yang lalu kita terpaksa berpisah itu sangat menyakiti ku. 10 tahun juga aku kehilanganmu. Bahkan baru kemarin aku tahu kamu sudah satu bulan magang disini.” Liuyu tersentak. Menatap mata hitam Zhang Xinyao dalam-dalam. Menyalurkan bahwa dia juga memiliki perasaan pahit dan tersiksa dengan cara yang sama.

“Katakan Xiaoyu, mengapa kamu berakhir di Hanamachi?” Zhang Xinyao menatap Liuyu dalam-dalam. Menuntut jawaban. Ada jejak kemarahan di matanya yang berusaha ditahan. Tanpa perlu dikatakan, Zhang Xinyao tahu semua yang berhubungan dengan Liuyu.

Orang tua Liuyu dibunuh 5 tahun yang lalu. Keluarga besarnya mengincar harta peninggalan orang tua Liuyu, berujung Liuyu ditipu dan ditendang oleh paman dan bibinya sendiri. Walaupun begitu, Liuyu masih memiliki toko butik orang tuanya yang tidak diketahui siapapun. Tetapi rasa sakit dan frustasi terus menghantam Liuyu sehingga ia menitipkan bisnisnya pada Xue Bayi, sahabat terdekatnya untuk dikelola. Sementara Liuyu kembali ke kecintaan terbesarnya yaitu seni. Hanamachi adalah tempat satu-satunya yang cocok untuk melampiaskan semua gejolak buruk di hati Liuyu.

Liuyu termenung, tak tahu harus menjawab apa atas pertanyaan Zhang Xinyao. Bagaimanapun pria didepannya juga salah satu sumber rasa sakit yang ia rasakan. Zhang Xinyao mengerti dan segera mengelus kepala Liuyu penuh kasih sayang.

“Aku minta maaf sayang, maafkan aku. Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Aku akan menyelesaikan masalah itu sesegera mungkin. Kamu gak perlu khawatir,” janjinya bersungguh-sungguh. Liuyu terdiam tak tahu harus berkata apa. Kenapa orang ini begitu perhatian padanya? Bisakah ia menaruh sedikit harapan?

“Tuan Zhang—”

“Zhang Xinyao. Panggil saja aku Xinyao. Atau kau bisa memanggil Xinyao gege seperti dulu.” Liuyu tersipu kembali. Mengingat bahwa dulu ia memang memanggil 'Xinyao gege' dengan nada manja. Tapi itu dulu saat mereka dekat. Sekarang mereka sempat berpisah bertahun-tahun rasanya tidak pantas memanggil akrab begitu.

Mengerti pikiran Liuyu, Xinyao meraih wajah Liuyu dan mencium pipinya sayang. Liuyu membeku di tempat.

“Xiaoyu, mengapa kamu masih enggan denganku? Kita mungkin sudah berpisah selama beberapa waktu tapi perasaanku padamu tidak berubah.” ungkapnya jujur.

“Aku hanya tidak ingin kebahagian sesaat. Bersama kembali denganmu hanya membuatku terbebani. Rasan—”

“Kemarilah..”

Liuyu menutup mata dan beringsut untuk memeluk Zhang Xinyao erat. Meletakkan kepalanya di dada keras Zhang Xinyao. Bersandar padanya yang langsung mendapat balasan jauh lebih erat.

“Xinyao...”

“Ya?”

“Xinyao gege...”

“Hmm?”

“Yao gege....”

“Aku disini sayangku.”

Liuyu hanya ingin terus memanggil namanya. Menyamankan hatinya yang selama ini sudah lelah. Dia tidak bisa bersandar bahkan pada orangtuanya. Selama ini ia harus selalu menunjukan sikap tegar dan kuat. Tak menunjukkan kegelisahannya. Tetapi Liuyu bagaimanapun hanyalah manusia biasa yang juga mempunyai masa-masa terpuruk dan ingin bermanja-manja. Zhang Xinyao ada di hadapannya, menawarkan kenyamanan dan rasa aman. Mengijinkan Liuyu untuk melepaskan sejenak kerapuhannya. Liuyu semakin menenggelamkan wajahnya di dada Zhang Xinyao seiring tangisan nya yang membuat bahunya bergetar kuat didekapan Zhang Xinyao. Hati Zhang Xinyao sakit untuk hal ini.

Zhang Xinyao tersenyum lembut. Mengelus kepala Liuyu dan punggungnya berulangkali. Menenangkannya. Setelah dirasa cukup, Liuyu melepas pelukannya dan menatap Zhang Xinyao. Menyunggingkan senyum cantik untuknya.

“Lupakan bercinta Xiaoyu, bisa bertemu dan memelukmu lagi aku sudah bahagia.” Zhang Xinyao menghapus jejak air mata di pipi Liuyu dan mencium kedua kelopak mata yang indah itu.

“Tetapi... Kita akan tetap melakukannya dikemudian hari. Tunggu aku Xiaoyu, aku akan mengeluarkan mu dari sini.”

Red Willow cukup sunyi di malam hari, aktifitas para geisha, geiko, dan maiko hanya terdengar sayup-sayup. Udara harum dan wangi lilin ber aroma afrodisiak menyebar di seluruh ruangan. Bagian dalam aula itu ditutupi oleh sebuah karpet berwarna putih salju yang terbuat dari bulu binatang buas yang tidak dikenal. Ruangan ini penuh dengan nuansa perak dan emas dan juga warna cerah seperti merah yang mendominasi dikombinasikan dengan beludru dan sifon. Tempat tidur dan sofa dihiasi banyak bantal dalam berbagai bentuk. Lampu gantung menghiasi langit-langit kamar menambah kesan eksotis ruangan ini. Jendela besar dibiarkan terbuka sehingga tirai-tirai sutra halus yang terpasang menari-nari lembut terkena tiupan angin.

Zhang Xinyao masuk kedalam ruangan. Disana Liuyu sudah berdiri di tengah ruangan dengan sangat dingin, dengan punggung yang lurus menghadap ke arahnya. Dia mengenakan hanfu putih tembus cahaya, dan Zhang Xinyao dapat melihat otot polos seperti sirip yang memanjang dari sisi kiri dan kanan tulang punggungnya. Zhang Xinyao menatapnya dalam diam untuk beberapa saat, lalu berjalan di depannya.

Perasaan hati Zhang Xinyao sangat berantakan. Lebur karena rindu yang sudah lama terkubur. Dia menatap tahi lalat di bawah mata Liuyu, hal itu masih menawan sehingga dia merasakan perasaan hangat di hatinya. Zhang Xinyao mengangguk kepada Liuyu kemudian duduk di sofa.

Liuyu mulai menari. Pinggangnya sangat lembut, dan tubuhnya sangat harum. Apakah aroma di ruangan ini yang membuat Zhang Xinyao begitu gerah, atau apakah dia memang kehilangan kesadaran? Jantung Zhang Xinyao berdebar kencang dan panas di dadanya. Pemuda cantik itu tidak menari sensual tetapi secara alami sudah menyebarkan hormon seksualitas dengan pancaran aura positif dan keanggunan tak terbantahkan.

Setiap gerakannya membuat jantung Zhang Xinyao menari dengan antusiasme tinggi. Mengarahkan tatapan yang membuat hati resah pada Liuyu. Dan lagi, menggeram rendah.

Berbeda dengan penari yang sering ia lihat di setiap perjamuan, Liuyu terlalu lembut, dengan anggota tubuh yang kurus tetapi kuat, seperti cabang pohon willow yang baru saja mekar.

Mata Zhang Xinyao menggelap dengan obsesi begitu melihat tarian dari pria cantik tersebut. Menggeram rendah. Tangannya gatal ingin meraih sosoknya yang bagaikan dewi untuk masuk ke dalam dekapannya.

Zhang Xinyao merasa 'bahkan ketika musik berhenti, hanya Liuyu yang menjadi pusat gravitasi di ruangan yang sepi ini.

... Sulit untuk dideskripsikan. Setelah menari, Liuyu hanya berdiri diam di tempat dengan mata tertunduk, menolak untuk melihat ke arah selain bawah, kegenitan tubuhnya menghilang. Hati Zhang Xinyao telah lama tergores oleh rasa rindu, rasa sakit, dan antusias yang bercampur. Dia berdiri, memegang ceri merah cerah di tangannya, perlahan mendekati Liuyu.

Ketika dada mereka beradu satu sama lain, badan Liuyu bergetar, dia menggigit bibir nya kemudian dengan susah payah berbicara, “…… Terlalu dekat.”

Zhang Xinyao tertawa, hatinya menghangat mendengar suara yang ia rindukan bertahun-tahun. Mereka bersandar sangat erat, Zhang Xinyao melingkarkan lengannya di pinggang Liuyu dan memblokir gerakan mundurnya membuat Liuyu mendongak menatap Zhang Xinyao berkaca-kaca

“Liuyu, ah tidak. Xiaoyu... Tidakkah kamu merindukan ku.”

Liu Yu menatapnya, tetapi tidak bereaksi. Zhang Xinyao tertawa, jari telunjuknya mengaitkan gagang ceri dan mendorongnya ke tengah bibir Liu Yu yang setengah tertutup.

Zhang Xinyao tidak punya waktu untuk berpikir. Tangannya di pinggang Liuyu tiba-tiba menguat, tangan lainnya menahan di belakang kepala Liuyu, lalu menciumnya dengan bingung. Bibir mereka menyentuh dan menghancurkan ceri, jus yang indah mengalir ke sudut mulut mereka. Liuyu membuat beberapa suara terkejut antara bibir dan lidah mereka, dan mereka semua ditelan oleh ciuman Zhang Xinyao.

Mulut Liu Yu sangat manis, seluruh lidahnya dibasahi jus ceri, dan seluruh lidahnya manis. Di akhir ciuman, tangan Liu Yu tak berdaya meraih kerah Zhang Xinyao, seolah menggenggam sedotan terakhirnya. Ketika Zhang Xinyao melepaskannya, Liuyu ambruk ke dekapannya dengan sangat lembut.

Sorot mata Liuyu memancarkan ketakutan yang luar biasa. Sebelum dia mengerahkan kekuatannya untuk memberontak, Liuyu terkejut oleh kata-kata Zhang Xinyao.

“Liu Yu,” kata Zhang Xinyao dengan suara rendah, setengah membujuk setengah merayu, “Aku akan memperlakukan mu dengan baik.”

.......... Pria ini, mengajak nya bercinta?

-

Beberapa bagian persis dengan ff hdy di Ao3.