Red Willow cukup sunyi di malam hari, aktifitas para geisha, geiko, dan maiko hanya terdengar sayup-sayup. Udara harum dan wangi lilin ber aroma afrodisiak menyebar di seluruh ruangan. Bagian dalam aula itu ditutupi oleh sebuah karpet berwarna putih salju yang terbuat dari bulu binatang buas yang tidak dikenal. Ruangan ini penuh dengan nuansa perak dan emas dan juga warna cerah seperti merah yang mendominasi dikombinasikan dengan beludru dan sifon. Tempat tidur dan sofa dihiasi banyak bantal dalam berbagai bentuk. Lampu gantung menghiasi langit-langit kamar menambah kesan eksotis ruangan ini. Jendela besar dibiarkan terbuka sehingga tirai-tirai sutra halus yang terpasang menari-nari lembut terkena tiupan angin.
Zhang Xinyao masuk kedalam ruangan. Disana Liuyu sudah berdiri di tengah ruangan dengan sangat dingin, dengan punggung yang lurus menghadap ke arahnya. Dia mengenakan hanfu putih tembus cahaya, dan Zhang Xinyao dapat melihat otot polos seperti sirip yang memanjang dari sisi kiri dan kanan tulang punggungnya. Zhang Xinyao menatapnya dalam diam untuk beberapa saat, lalu berjalan di depannya.
Perasaan hati Zhang Xinyao sangat berantakan. Lebur karena rindu yang sudah lama terkubur. Dia menatap tahi lalat di bawah mata Liuyu, hal itu masih menawan sehingga dia merasakan perasaan hangat di hatinya.
Zhang Xinyao mengangguk kepada Liuyu kemudian duduk di sofa.
Liuyu mulai menari. Pinggangnya sangat lembut, dan tubuhnya sangat harum. Apakah aroma di ruangan ini yang membuat Zhang Xinyao begitu gerah, atau apakah dia memang kehilangan kesadaran? Jantung Zhang Xinyao berdebar kencang dan panas di dadanya. Pemuda cantik itu tidak menari sensual tetapi secara alami sudah menyebarkan hormon seksualitas dengan pancaran aura positif dan keanggunan tak terbantahkan.
Setiap gerakannya membuat jantung Zhang Xinyao menari dengan antusiasme tinggi. Mengarahkan tatapan yang membuat hati resah pada Liuyu. Dan lagi, menggeram rendah.
Berbeda dengan penari yang sering ia lihat di setiap perjamuan, Liuyu terlalu lembut, dengan anggota tubuh yang kurus tetapi kuat, seperti cabang pohon willow yang baru saja mekar.
Mata Zhang Xinyao menggelap dengan obsesi begitu melihat tarian dari pria cantik tersebut. Menggeram rendah. Tangannya gatal ingin meraih sosoknya yang bagaikan dewi untuk masuk ke dalam dekapannya.
Zhang Xinyao merasa 'bahkan ketika musik berhenti, hanya Liuyu yang menjadi pusat gravitasi di ruangan yang sepi ini.
... Sulit untuk dideskripsikan. Setelah menari, Liuyu hanya berdiri diam di tempat dengan mata tertunduk, menolak untuk melihat ke arah selain bawah, kegenitan tubuhnya menghilang. Hati Zhang Xinyao telah lama tergores oleh rasa rindu, rasa sakit, dan antusias yang bercampur. Dia berdiri, memegang ceri merah cerah di tangannya, perlahan mendekati Liuyu.
Ketika dada mereka beradu satu sama lain, badan Liuyu bergetar, dia menggigit bibir nya kemudian dengan susah payah berbicara,
“…… Terlalu dekat.”
Zhang Xinyao tertawa, hatinya menghangat mendengar suara yang ia rindukan bertahun-tahun. Mereka bersandar sangat erat, Zhang Xinyao melingkarkan lengannya di pinggang Liuyu dan memblokir gerakan mundurnya membuat Liuyu mendongak menatap Zhang Xinyao berkaca-kaca
“Liuyu, ah tidak. Xiaoyu... Tidakkah kamu merindukan ku.”
Liu Yu menatapnya, tetapi tidak bereaksi. Zhang Xinyao tertawa, jari telunjuknya mengaitkan gagang ceri dan mendorongnya ke tengah bibir Liu Yu yang setengah tertutup.
Zhang Xinyao tidak punya waktu untuk berpikir. Tangannya di pinggang Liuyu tiba-tiba menguat, tangan lainnya menahan di belakang kepala Liuyu, lalu menciumnya dengan bingung. Bibir mereka menyentuh dan menghancurkan ceri, jus yang indah mengalir ke sudut mulut mereka. Liuyu membuat beberapa suara terkejut antara bibir dan lidah mereka, dan mereka semua ditelan oleh ciuman Zhang Xinyao.
Mulut Liu Yu sangat manis, seluruh lidahnya dibasahi jus ceri, dan seluruh lidahnya manis. Di akhir ciuman, tangan Liu Yu tak berdaya meraih kerah Zhang Xinyao, seolah menggenggam sedotan terakhirnya. Ketika Zhang Xinyao melepaskannya, Liuyu ambruk ke dekapannya dengan sangat lembut.
Sorot mata Liuyu memancarkan ketakutan yang luar biasa. Sebelum dia mengerahkan kekuatannya untuk memberontak, Liuyu terkejut oleh kata-kata Zhang Xinyao.
“Liu Yu,” kata Zhang Xinyao dengan suara rendah, setengah membujuk setengah merayu, “Aku akan memperlakukan mu dengan baik.”
.......... Pria ini, mengajak nya bercinta?
-
Beberapa bagian persis dengan ff hdy di Ao3.