Liuyu terpaku cukup lama sebelum mengambil langkah mundur. Dua manik hangatnya mendelik kaget.
“Apa yang kau inginkan?” tanyanya lirih. Zhang Xinyao tersenyum lembut. Mengambil jarak mendekat dan mengelus pipi halus Liuyu dengan kehati-hatian juga penuh damba.
“Jangan takut Xiaoyu, kau bisa percaya padaku.”
“Apa yang kau inginkan?” tanya Liuyu mendesak. Zhang Xinyao maju satu langkah mendekat hingga jarak di antara mereka semakin menipis. Zhang Xinyao kembali tersenyum. Menuntun Liuyu untuk duduk di sofa panjang di dekat jendela. Mengelus tangan putih tanpa cacat itu. Bermaksud menenangkan.
“Xiaoyu, kau tidak merindukanku? 10 tahun yang lalu kita terpaksa berpisah itu sangat menyakiti ku. 10 tahun juga aku kehilanganmu. Bahkan baru kemarin aku tahu kamu sudah satu bulan magang disini.” Liuyu tersentak. Menatap mata hitam Zhang Xinyao dalam-dalam. Menyalurkan bahwa dia juga memiliki perasaan pahit dan tersiksa dengan cara yang sama.
“Katakan Xiaoyu, mengapa kamu berakhir di Hanamachi?” Zhang Xinyao menatap Liuyu dalam-dalam. Menuntut jawaban. Ada jejak kemarahan di matanya yang berusaha ditahan. Tanpa perlu dikatakan, Zhang Xinyao tahu semua yang berhubungan dengan Liuyu.
Orang tua Liuyu dibunuh 5 tahun yang lalu. Keluarga besarnya mengincar harta peninggalan orang tua Liuyu, berujung Liuyu ditipu dan ditendang oleh paman dan bibinya sendiri. Walaupun begitu, Liuyu masih memiliki toko butik orang tuanya yang tidak diketahui siapapun. Tetapi rasa sakit dan frustasi terus menghantam Liuyu sehingga ia menitipkan bisnisnya pada Xue Bayi, sahabat terdekatnya untuk dikelola. Sementara Liuyu kembali ke kecintaan terbesarnya yaitu seni. Hanamachi adalah tempat satu-satunya yang cocok untuk melampiaskan semua gejolak buruk di hati Liuyu.
Liuyu termenung, tak tahu harus menjawab apa atas pertanyaan Zhang Xinyao. Bagaimanapun pria didepannya juga salah satu sumber rasa sakit yang ia rasakan. Zhang Xinyao mengerti dan segera mengelus kepala Liuyu penuh kasih sayang.
“Aku minta maaf sayang, maafkan aku. Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Aku akan menyelesaikan masalah itu sesegera mungkin. Kamu gak perlu khawatir,” janjinya bersungguh-sungguh. Liuyu terdiam tak tahu harus berkata apa. Kenapa orang ini begitu perhatian padanya? Bisakah ia menaruh sedikit harapan?
“Tuan Zhang—”
“Zhang Xinyao. Panggil saja aku Xinyao. Atau kau bisa memanggil Xinyao gege seperti dulu.” Liuyu tersipu kembali. Mengingat bahwa dulu ia memang memanggil 'Xinyao gege' dengan nada manja. Tapi itu dulu saat mereka dekat. Sekarang mereka sempat berpisah bertahun-tahun rasanya tidak pantas memanggil akrab begitu.
Mengerti pikiran Liuyu, Xinyao meraih wajah Liuyu dan mencium pipinya sayang. Liuyu membeku di tempat.
“Xiaoyu, mengapa kamu masih enggan denganku? Kita mungkin sudah berpisah selama beberapa waktu tapi perasaanku padamu tidak berubah.” ungkapnya jujur.
“Aku hanya tidak ingin kebahagian sesaat. Bersama kembali denganmu hanya membuatku terbebani. Rasan—”
“Kemarilah..”
Liuyu menutup mata dan beringsut untuk memeluk Zhang Xinyao erat. Meletakkan kepalanya di dada keras Zhang Xinyao. Bersandar padanya yang langsung mendapat balasan jauh lebih erat.
“Xinyao...”
“Ya?”
“Xinyao gege...”
“Hmm?”
“Yao gege....”
“Aku disini sayangku.”
Liuyu hanya ingin terus memanggil namanya. Menyamankan hatinya yang selama ini sudah lelah. Dia tidak bisa bersandar bahkan pada orangtuanya. Selama ini ia harus selalu menunjukan sikap tegar dan kuat. Tak menunjukkan kegelisahannya. Tetapi Liuyu bagaimanapun hanyalah manusia biasa yang juga mempunyai masa-masa terpuruk dan ingin bermanja-manja. Zhang Xinyao ada di hadapannya, menawarkan kenyamanan dan rasa aman. Mengijinkan Liuyu untuk melepaskan sejenak kerapuhannya. Liuyu semakin menenggelamkan wajahnya di dada Zhang Xinyao seiring tangisan nya yang membuat bahunya bergetar kuat didekapan Zhang Xinyao. Hati Zhang Xinyao sakit untuk hal ini.
Zhang Xinyao tersenyum lembut. Mengelus kepala Liuyu dan punggungnya berulangkali. Menenangkannya. Setelah dirasa cukup, Liuyu melepas pelukannya dan menatap Zhang Xinyao. Menyunggingkan senyum cantik untuknya.
“Lupakan bercinta Xiaoyu, bisa bertemu dan memelukmu lagi aku sudah bahagia.” Zhang Xinyao menghapus jejak air mata di pipi Liuyu dan mencium kedua kelopak mata yang indah itu.
“Tetapi... Kita akan tetap melakukannya dikemudian hari. Tunggu aku Xiaoyu, aku akan mengeluarkan mu dari sini.”