pouch


Mata Hanbin sepenuhnya terpaku pada tubuh Zhanghao, kekasih cantiknya terbaring telanjang di sana melawan nafsu estrus nya.

Bau feromon memenuhi kompartemen sempit, dan Hanbin menelan ludah tanpa sadar. Dia mengangkat tubuh Zhanghao yang lemah karena estrus, membiarkan Zhanghao naik di pangkuannya, membuka kancing celananya, dan langsung memasukkan penis nya yang ereksi ke dalam lubang yang lembut dan hangat milik Zhanghao.    “Ah—” Zhanghao terperangah oleh milik Hanbin yang masuk secara tiba-tiba, dia mencengkeram pergelangan tangan Hanbin dengan linglung, perasaan lubang kosong yang kemudian terisi penuh membuat saraf kepalanya mati rasa karena kenikmatan.

Sebelum tubuhnya sempat bereaksi, Hanbin membidik titik sensitifnya dan mendorong dengan keras. Kesenangan yang familiar membuat Zhanghao merasa mabuk dan gemetar, jari-jari kakinya meringkuk karena rangsangan yang terlalu nikmat.    Milik Hanbin terlalu besar, ketika dia menidurinya, Hanbin selalu memompa dengan gila dan cepat, tanpa menyisakan kekuatan apa pun, penisnya menembus dinding bagian dalam Zhanghao yang sensitif begitu keras sehingga Zhanghao merasa organ dalamnya seperti ditembus.    Hanbin menggeram beberapa kali merasakan penisnya dicengkram oleh otot otot rektum sang submisif, kedua tangannya meremas pantat si cantik beberapa kali, meninggalkan beberapa sidik jari merah cerah, dia kemudian meraih pinggang Zhanghao lalu dihentakkan dengan keras dan dalam. Gerakannya sedikit melambat namun setiap hentakkan selalu tepat dan dalam menghunjam G-spot omega cantik di pangkuannya, bibirnya dengan lembut menggigit bibir pihak lain dengan intim.

“Kamu tahu nggak aku siapa?”    Zhanghao merasa bahwa pertanyaan Hanbin tidak masuk akal, dan secara naluriah ingin mengatakan sesuatu kepadanya, tetapi milik Hanbin dimasukkan dengan keras ke dalam dirinya, membuat dia tidak bisa berpikir jernih. Zhanghao, yang mengalami estrus mendadak karena ulah seseorang saat ini dalam kondisi berantakan, dan pada akhirnya dia hanya bisa terbata-bata.

“Ahh apa! Ouhh~”    Hanbin tersentak tidak senang dan merasa marah melihat Zhanghao yang kebingungan, dia menghentakkan peraduan mereka semakin keras dan memeluk tubuh Zhanghao yang gemetar. Dalam posisi ini, dia menyetubuhi Zhanghao puluhan kali bolak-balik, tak lupa menggigit lehernya yang terekspos, “Damn, Kak Hao, bahaya banget kamu ngelakuin hal kayak gini mana mobilnya gak dikunci, gimana kalau bukan aku, Jeonghyeon atau Jiwoong yang masuk?”

Zhanghao tidak memiliki kekuatan untuk menanggapi amarah Hanbin, penis besar Hanbin menusuk dengan keras ke bagian terdalam, membuat dia mengerang lagi dan lagi, lubangnya sudah sangat basah, cairan dari sana menetes ke kursi mobil, suara basah dan lengket membuat telinga Zhanghao memerah, dia berpikir bahwa sudah waktunya untuk mencuci mobil lagi nanti.    Hanbin segera menyadari bahwa pikiran Zhanghao terganggu, “Mikirin apa kamu, hm? Kenapa kakak kayak orang linglung?”

Dia menemukan bahwa pinggang Zhanghao sangat lemah bahkan tidak mampu untuk duduk, Zhanghao tidak dapat menopang tubuhnya sendiri sehingga dia beberapa kali terduduk lemas membuat penis tebal Alpha yang sedang memangkunya langsung menuju ke bagian terdalam, Sung Hanbin menggigit bibir untuk menekan suaranya, tetapi bagian penisnya semakin tersedot dengan kencang, matanya memejam dan geraman puas keluar dari dengungan rongga hidung nya.    Zhanghao selalu memiliki ekspresi wajah yang menggoda, apalagi di tempat tidur. Hanbin diam-diam memiliki pikiran buruk, dia berhenti, dan perlahan mengelus otot-otot indah Zhanghao dengan ujung jarinya dari atas ke bawah, membuat si cantik menggelinjang dan gemetaran.    Pada akhirnya, tangan itu memegang pinggangnya yang kokoh dan kencang, ibu jarinya mengusap perut bagian bawah sang omega ke atas dan ke bawah. Deru napas Zhanghao yang panas dan manja dapat terdengar dengan jelas.    “Cantik, kamu gerak sendiri ...” Hanbin mendekat, jari-jarinya rampingnya membelai garis rambut Zhanghao yang berkeringat, dan berkata dengan suara serak, “Masuklah sendiri.”

Zhanghao tidak tahu penyakit apa lagi yang bersarang di otak Sung Hanbin namun dia tetap menurut, kakinya gemetar, mobil ini tidak terlalu besar, dan jika dia bergerak sedikit lagi, dia akan menyentuh atap mobil.

Zhanghao mengangkat pinggangnya dan mengeluarkan sedikit alat kelamin Hanbin dari tubuhnya, milik Hanbin terlalu besar, lubangnya yang lembut terbuka karena tindakan ini, membuatnya terlihat sangat cabul.

Zhanghao bergerak ke atas dan kebawah beberapa kali diselingi dengan menggoyangkan pantatnya secara memutar, dan kenikmatan luar biasa mengalir ke seluruh tubuhnya. Bagian dalamnya yang panas masih terasa gatal, dan rongga genitalnya menuntut untuk ditembus.    Zhanghao mengertakkan gigi dan mengangkat pinggangnya sehingga kepala penis Hanbin sejajar dengan pintu masuk rongga genital omega, dengan pelan-pelan dia memasukan benda tebal itu sedikit demi sedikit, membiarkan penis Hanbin memasuki kedalaman baru.    Rongga genital yang elastis menelan seluruh batang penis Hanbin, tubuh Zhanghao menggelinjang nikmat, mulutnya mengerang dengan suara basah. Milik Hanbin tersedot oleh rongga genital ketat Zhanghao, dan dia hampir melontarkan umpatan. Hanbin menggertakkan giginya, “Jangan diketatin terlalu kenceng.” Mata Zhanghao memerah dan berair, dia hampir tidak bisa melihat dengan jelas, tubuhnya gemetar sedikit tak terkendali, dia merasa ingin cum saat itu juga. Tetapi Hanbin tidak memberikan kesempatan, dia menekan ujung depan alat kelamin Zhanghao.

Penis Hanbin bergerak masuk dan keluar dari pantat Zhanghao, dan Zhanghao tidak bisa menyembunyikan ekspresi apa pun darinya. Dia tahu bahwa Zhanghao akan mencapai klimaks, jadi dia memegang tangannya di depannya, dan dengan kejam menghentakkan penisnya berkali-kali mengenai ringga genital sang omega. Zhanghao terengah-engah, bibirnya bergetar, dia menundukkan kepalanya dan mengerang manja, bagian depannya terhalang dan dia tidak bisa ejakulasi, tetapi kenikmatan dari pergumulan masih terakumulasi.

“Ah ... fuck....” Mata Zhanghao menjadi panas, tubuhnya mengejang, punggungnya melengkung tanpa sadar, cairan keluar dari lubang belakangnya dan mengenai penis Hanbin yang masih bergerak maju, suara erangannya terdengar menyedihkan karena tersiksa.

Dia disetubuhi oleh Hanbin dengan gila-gilaan.

Kepala Zhanghao pusing, tubuhnya dipaksa menahan rangsangan kenikmatan yang berlebihan.    Hanbin mencengkram pantatnya yang basah, hubungan seks antara dia dan Zhanghao selalu seperti ini, bercinta dengan kacau dan lubang Zhanghao selalu basah meski tanpa pelumas.

Dia tidak memberi kesempatan pada Zhanghao, yang berada di puncak klimaks, kapan saja untuk bernafas, dan dengan kejam mendorong Zhanghao ke kursi belakang gerakannya sangat tiba-tiba, Zhanghao secara naluriah menolak untuk berbaring, dan memeluk leher Hanbin dengan gemetar, seolah memegang penyelamat hidup dirinya yang sebentar lagi akan tenggelam.

Hanbin memutar tubuh Zhanghao, membuat si cantik menungging untuknya, penis tebal dan panas berputar di tubuhnya, dia bahkan bisa merasakan urat-uratnya membengkak dengan jelas, rasa nikmat yang terus menyerang membuat bulu kuduknya berdiri.

Tubuh Zhanghao masih gemetar, kakinya sangat lemah seperti Hanbin menidurinya hingga lumpuh. Tiba-tiba Hanbin mengeluarkan seluruh penisnya dan kembali memasukan secara sekaligus

“Cantik, enak gak diginiin?” Hanbin menjilat dan mencium kulit di belakang leher Zhanghao, dan secara lembut lidahnya menjilat kelenjar sang omega. Kelenjar omega sangat sensitif, perasaan dijilat oleh lidah yang kasar membuat kepala Zhanghao pening, tubuhnya yang sudah sensitif menjadi semakin gelisah, dan bagian bawahnya menjadi semakin basah tak terkendali.

Sebagian dari tubuh Hanbin menempel padanya. Otot-otot keras Hanbin terasa sangat enak. Alat kelamin tebal Hanbin masih mengaduk-aduk rongga genitalnya dengan gila, di atas, Hanbin menggigit kelenjar Omega yang sangat sensitif, tubuhnya secara naluriah bereaksi.

Hanbin mengelus pinggang dan pinggul Zhanghao yang gemetaran, dan menggigit kelenjar nya dengan keras dengan gigi taringnya sejajar, “Gimana rasanya disetubuhi kayak gini?”

Zhanghao terengah-engah, tidak mampu berbicara sama sekali, matanya basah tidak dapat fokus, penetrasi Hanbin terlalu dalam, lubangnya terus menerus diserbu, kenikmatan ini seperti tersengat listrik, mati rasa dan kesemutan. Dia akan menggila, sisi rasionalitasnya menjerit keluar dari tubuhnya. Hanbin menjambak rambut Zhanghao dengan satu tangan dan menariknya ke atas jendela mobil, membiarkannya melihat pemandangan di luar jendela.

“Kenapa kamu sensitif banget hari ini? Gak kayak biasanya. Kamu juga klimaks berkali-kali sebelum bercinta ... Enak banget ya, sayang?”

Zhanghao menggertakkan giginya dan memarahinya “Kamu...kamu brengsek... ...biarkan aku...brengsek...ouhh…lihat aja kamu nanti...brengsek, udah bin...pelan-pelan...anghh.. .”    Penis Hanbin sangat terjepit ke dalam rongga genital, dia mendekatkan mulutnya ke telinga Zhanghao dan berbicara dengan terengah-engah, “Sayang ... liat ke luar sana, sssst ... diem.. pelanin suaranya, nanti ada yang denger.. ...” Saat dia berbicara, dia mendorong keras beberapa kali. Kaki Zhanghao sangat lemah sehingga dia tidak sanggup lagi untuk menungging, matanya melihat ke luar jendela dengan samar. Dia tahu bahwa keadaan di dalam tidak dapat dilihat dari luar, tetapi ketika dia melihat mobil dan pejalan kaki yang lewat di seberang, dia merasa suhu di dalam mobil menjadi lebih dingin, lebih intens, suara pergumulan antara dia dan Hanbin lebih jernih dari sebelumnya, dan perasaan penis yang tertanam di dalam tubuhnya membuat dia memerah karena malu.    Zhanghao mencoba yang terbaik untuk meyakinkan dirinya sendiri, tidak ada orang di luar yang bisa melihat ke dalam.

Tiba-tiba seorang gadis remaja muncul di depan mobil.

Zhanghao secara naluriah mengetatkan lubangnya, dan Hanbin menggeram di bawah cengkraman itu, dia menarik penisnya keluar lalu memasukkannya dengan keras sampai ujung. Zhanghao mengepalkan tangannya, menggertakkan giginya dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis.    Seluruh tubuhnya memerah, dan mengangkat kelopak matanya yang berat untuk melihat apakah orang itu telah pergi, tetapi Hanbin berbisik lagi, “Sayang, kamu suka ya kalo ada yang ngeliatin, hm? Sshh jangan berisik, nanti ketahuan. ” Hanbin berkata sambil menyerangnya dengan intens, menyebabkan Zhanghao berdebar, khawatir seseorang di luar akan melihatnya.

Dia tahu bahwa Hanbin sama gilanya dengan Lee Jeonghyeon, mereka tidak akan berhenti bahkan ketika seseorang ada di sana, dan mereka terus mencabulinya bahkan jika dia menutup mulutnya.

Zhanghao menemukan bahwa gadis itu belum pergi, seolah-olah dia sedang berdiri di pinggir jalan menunggu seseorang.

Tepat ketika tubuhnya terguncang oleh sodokan demi sodokan, gadis itu tiba-tiba berbalik dan meluruskan rambutnya menghadap ke jendela mobil yang gelap. Mata Zhanghao membelalak ketakutan, dia meraih lengan Hanbin dan berbicara dengan Hanbin dengan suara terengah-engah, “Kamu ... Ahh ... udah bin.. ouh.. jangan gerak ... aku gak bisa nahan ... “    Hanbin tersenyum ringan, kemudian berhenti bergerak setelah mendengarkan kata-kata itu. Saat Zhanghao hendak menarik napas lega, Hanbin tiba-tiba menutup mulutnya lalu menggerakkan pinggangnya dengan liar dan ganas, menyetubuhi Zhanghao dengan cepat dan keras.    Mulut Zhanghao tertutup, dan beberapa tangisan rendah yang menyedihkan keluar dari tenggorokannya. Tubuhnya terlempar-lempar kedepan oleh gerakan keganasan Sung Hanbin, dan menemukan bahwa gadis di luar sedang mengoleskan lipstik setelah merapikan rambutnya.

Pertahanan Zhanghao akan runtuh, kesenangan di tubuhnya datang seperti gelombang, satu gelombang lebih tinggi dari yang lain membuat tubuhnya mengejang.    Sudah berakhir... Pasti akan ketahuan...    Hanbin merasakan tubuh Zhanghao semakin sensitif, penisnya dibungkus oleh dinding bagian dalam yang panas dan lembab, rongga genitalnya menghisap penis Hanbin dengan erat, Zhanghao sangat gugup sekarang, napas gemetarnya menghembus ke tangan Hanbin yang menutupi mulutnya, dia ingin berteriak tetapi tidak berani berteriak, hanya mampu mengeluarkan erangan yang terdengar menyedihkan.

Hanbin juga merasa ia terlalu banyak menggertak, tubuh Zhanghao sedikit sensitif hari ini. Dia mendorong Zhanghao ke bawah dan membiarkan kepalanya bersandar di bantal. Orang di luar jendela sudah pergi, tapi Zhanghao belum menyadarinya.    Hanbin melepaskan tangan yang menutup mulutnya, terengah-engah berbisik di telinga Zhanghao, “Sayang, kamu berisik banget, pasti bakalan ketahuan.” Tanpa tangan yang menutupi mulut Zhanghao, ratapannya keluar satu demi satu.    Hanbin merasa hatinya gatal ketika dia mendengar gelombang desahan frustasi itu, dia mengangkat pinggang Zhanghao ke titik di mana dia menembus hingga ke ujung, menariknya keluar sepenuhnya dalam posisi ini, dan kemudian memasukkannya dengan keras. Setelah melakukan hal yang sama secara berulang-ulang, tubuh Zhanghao jelas tidak bisa menahannya lagi. Dia mengira masih ada orang di luar, jadi dia berjuang sekuat tenaga untuk menahan tangisannya.  

“Sayang, kalo kamu teriak lebih keras, kita berdua bakalan terkenal besok. Semua orang di negara ini bakalan tahu… Zhanghao heat di sisi jalan dan melebarkan kakinya di untuk disetubuhi oleh Alpha nya dengan keras.” Hanbin menggertakkan giginya dan terus mengucapkan kata-kata kotor, “Gimana reaksi orang-orang kalau mereka tahu Zhanghao, alpha yang dipuja-puja aslinya adalah omega, bahkan lagi keenakan dilecehin gini sampe megap-megap.”

Zhanghao menekan suaranya sekuat tenaga, tetapi pada akhirnya dia tidak bisa menahannya lagi. Tubuhnya di ambang orgasme, Hanbin masih menyodok titik sensitifnya, matanya menjadi panas, dan dia berteriak sembarang tanpa kendali. Perasaan yang tak terkendali membuatnya panik, dan air mata membanjiri pipinya dengan deras. Dia mengutuk Sung Hanbun dengan marah, “Ahh bajingan ... ah ... itu semua … ouwhh sialan ... kamu yang harus disalahkan... Sung Hanbin...lihat aja nanti...sialan…fuck...uhh...”

Pikirannya berdengung kacau, dan dia berpikir dengan putus asa, kali ini sudah berakhir, sudah berakhir, tidak mungkin gerakan sebesar itu tidak ditemukan. Penis Hanbin yang terkubur di tubuhnya tiba-tiba berdenyut keras. Kaki Zhanghao gemetar hebat kemudian dia ejakulasi karena rangsangan, mengotori tubuh mereka berdua.

Setelah beberapa tusukan Hanbin pun menyusul, cairan hangat disemprotkan ke dinding bagian dalam yang sensitif, penuh hingga sebagian menetes keluar. Tempat di mana itu dimasukkan terasa panas, membuat wajah Zhang Hao memerah.    Setelah Hanbin ejakulasi, benda keras itu masih bergerak perlahan, melanjutkan kesenangan, dia menggigit telinga Zhanghao, dan lidahnya yang lincah menempel di telinganya, membuat telinga Zhanghao mati rasa.

Hanbin mulai membujuk Zhanghao dengan suara rendah, “Aku membohongimu, sebenarnya orang diluar udah lama pergi.”

Zhanghao tidak sanggup berkata-kata, matanya kabur seperti lapisan kabut, dan butuh beberapa saat baginya untuk mengeluarkan makian, “Sung Hanbin … bajingan! berengsek! ... kalo kamu berani bohongin aku kayak gini lagi ... fuck! Muka polos kamu gak cocok sama kelakuan kamu yang kayak iblis kalau lagi urusan ranjang!”    Hanbin menggigit bibirnya, memeluk tubuhnya yang masih lemas karena orgasme, dan mencium bibirnya yang basah untuk memblokir makian selanjutnya, “Kak Hao, maaf, aku salah ... Kamu masih pengen lanjutin di mobil? Atau pulang dulu?”    Zhanghao mendorongnya dengan marah, “Pulang dulu!”

Hanbin biasanya mempertimbangkan tubuh Zhanghao bahkan ketika dia berhubungan seks dengan Zhanghao. Bagaimanapun Zhanghao adalah omega, berbeda dengannya, jadi dia harus selalu memperhatikan. Hari ini, dia hampir tidak bisa menahan diri dan meniduri Zhanghao dengan kejam berkali-kali, dan sekarang setelah dia selesai, dia harus bertanya dengan jelas.    “Sayang, ada yang salah sama kamu hari ini, ayo katakan semuanya jangan sembunyikan dariku.” Hanbin memegang tangan Zhanghao dan menciumnya dengan penuh kasih sayang.

Zhanghao tidak menganggapnya serius, dan memberi tahu Hanbin apa yang dia alami.    Dia pikir dia tidak bisa disalahkan untuk ini, tetapi orang di pelukannya tetap diam untuk sementara waktu.    “Siapa yang ngasih kamu obatnya?” Suara Hanbin sedikit cemberut. Begitu pertanyaan ini keluar, suasana hangat di antara mereka berdua langsung menghilang.