stories from the past


Megumi kala itu sangat panik. Ia berusaha menjelaskan pada pria itu tentang dirinya yang sebenarnya.

“Ummm ... Tuan ... Tuan ... aku tidak.. aahhh!” Kalimat itu menjadi sia-sia ketika Sukuna justru mengecup cepat lehernya, meremas beberapa bagian yang menonjol di tubuhnya.

Megumi kian meleguh dan bergerak tidak nyaman ketika Sukuna berusaha melepas kait roknya. Ia terbuai. Bagaimanapun, Megumi masih seorang bocah laki-laki menjelang 17 tahun, tak pernah disentuh atau menyentuh dan ketika seseorang menyentuhnya, apa yang harus dilakukan?

Ia hanya bisa berontak sebisanya tapi tenaganya kalah jauh dibanding lelaki tinggi tegap dengan perawakan atletis ini.

Cumbuan Sukuna memabukkan, bahkan kala penutup terakhir bagian bawah tubuh Megumi dilucuti, Megumi tidak sanggup melawan.

Sukuna mengecup daerah telinga Megumi dan berbisik, “Sepertinya jalang ku sudah siap.” Yang mendapat respon gelengan hebat dari Megumi.

“Jangan.. Tuan... lepaskan hiks.. saya...”

Tanpa aba-aba Sukuna langsung menghentakkan penisnya ke lubang Megumi, disusul dengan gerakan yang sangat brutal, mebuat Megumi berteriak dan menangis tanpa suara.

Megumi menangis dan merintih seorang diri. Lelaki di atasnya bergerak sangat cepat, sangat dalam sembari meracau tidak jelas, menyumpah serapahi entah siapa. Ia berusaha melepaskan dirinya tapi tenaganya semakin lemah, yang Megumi ingat, lelaki itu jatuh tak sadarkan diri setelah melepaskan sesuatu di dalam tubuhnya. Jatuh terlelap di atas tubuh kurus Megumi.

Sesaat Megumi tertegun dan dengan sisa tenaganya ia mendorong paksa tubuh yang lebih besar itu. Megumi terdiam beberapa waktu sebelum kemudian bangun dari posisinya, menahan rasa sakit di bagian bawah tubuhnya, memasang pakaian yang terlepas dan membenahi dirinya.

Ia ingat saat itu ia tidak bisa berjalan dengan baik, Megumi keluar dari ruangan dengan menyeret tubuh lemahnya. Megumi tahu dirinya bukan anak gadis yang harus meratapi berlebihan hal tersebut.

Butuh jutaan usaha untuk keluar dari club, mencoba mengabaikan para pria iseng yang menggodanya, mengabaikan sahabat-sahabatnya yang entah berada di bagian mana di club itu.

Secara tiba-tiba Megumi ditahan lalu dilemparkan ke lantai dimana ada 15 pria mengelilingi nya dengan wajar birahi. “Mau pergi kemana manis? Ayo bersenang-senang dengan kami.”

“JANGAN MENDEKAT! Atau aku akan bunuh diri.” Ancam Megumi dengan suara yang diliputi keputusasaan. Namun ancamannya sia-sia ketika ia dengar kelima belas pria yang mengelilingi nya tertawa keras dan salah seorang berkata bahwa mereka tidak masalah memperkosa mayat jika mayatnya begitu indah dan cantik seperti Megumi.

Dengan penuh perjuangan, Megumi berdiri mengambil sebuah botol, melemparkannya ke wajah salah seorang disana, membuat para pria itu murka.

“KAU MAU MATI?!”

Sebilah belati diacungkan di depan wajah Megumi. Ia tahu jika ia harus menghindar. Ia tahu ancaman pria itu tidak main-main ketika bahu kirinya robek terkena tikaman belati lelaki.

Maka bersama sisa-sisa kekuatannya, remaja lelaki itu segera bangun dari posisinya, berjalan terseok untuk keluar.

Mereka mengejar! Megumi berlari keluar melewati pintu club, menyusuri jalanan malam, kelima belas pria itu terus mengejar.

Mereka semakin mendekat dan Megumi nyaris tertangkap kala tiba-tiba tubuhnya ditarik ke sisi jalan yang gelap, mulutnya dibekap. Aroma parfum yang sangat dikenalinya tercium. Perasaan Megumi menjadi tenang.

“Pssttt ... ini kita, kau kenapa pulang tanpa memberitahu?”

Itu Nobara, sahabatnya. Kala itu Maki dan Nobara kebingungan mencari Megumi yang lepas dari pengawasan mereka, ditambah Toge yang secara tiba-tiba diseret Yuuta entah kemana.

Megumi menangis keras, membuat siapapun yang mendengar tangisannya merasa hati mereka tercabik-cabik.

“Jangan menangis, mari pulang.”

Malam itu Megumi dibawa pulang ke rumah Nobara. Ibu Nobara sendiri yang merawat lukanya.

Megumi menceritakan semua yang dialaminya pada kedua sahabatnya, semua yang terjadi antara dirinya dan Ryomen sukuna, Hiu besar dunia bisnis. Menceritakan ia hampir diperkosa secara bergiliran oleh banyak pria di club.

Sepanjang malam Megumi menangis bisu di dalam pelukan sang sahabat. Menangisi semua kesialan hidupnya.

Tak banyak yang bisa dilakukan oleh Nobara selain meminta maaf berulang-ulang dan mencoba menguatkan Megumi.

“Aku berjanji Megumi, apapun yang terjadi padamu aku tidak akan meninggalkanmu! aku akan tetap bersamamu, aku akan membantumu.”

“Aku akan membantumu, jika nanti kau tiba-tiba mengandung akibat kejadian ini, aku akan menyihir Yuuji supaya mau menjadi ayah bagi anak itu.”

Membayangkan jika ia hamil dan Yuuji menjadi ayah dari anaknya, Megumi hanya terkekeh.

Tapi bulan berikutnya, semua yang dikatakan Nobara menjadi kenyataan. Semua berawal dari Megumi yang pingsan di sekolah. Nobara mengambil inisiatif untuk membawa Megumi pulang.

Ketika sakit Megumi tak kunjung sembuh, ia menjadi lemah dan terus sakit-sakitan serta emosinya tak terkontrol. Maka Nobara dan Maki memutuskan untuk membawa Megumi ke sebuah klinik.

Dokter di sana sempat menatap aneh pada Megumi sebelum kemudian merujuknya ke sebuah rumah sakit untuk bertemu dengan seorang dokter.

Dan kenyataan yang harus Megumi hadapi kemudian adalah, dia dinyatakan positif hamil.

“Megumi... Megumi... Hallo? Kamu bisa mendengar ku? Megumi...?”


“Megumi... Megumi... Hallo? Kamu bisa mendengar ku? Megumi...?”

Sukuna menepis tangan Yuuji yang menepuk-nepuk pipi Megumi, mencoba sadarkan pria cantik itu.

“Apasih Kak, gue cemas banget nih, Gumi belom sa-”

“Dia menangis dalam tidurnya..”

”-dar... Hah?”

Yuuji tidak memperhatikan hal itu sebelumnya. Benar saja, liquid bening meluncur tanpa henti dari kedua sisi mata Megumi yang terpejam.

Hati Sukuna sakit melihat ini, namun ia berusaha untuk tidak peduli.

Mata megumi terbuka secara perlahan. Yuuji dengan sigap mengambil gelas air dan memberikan nya kepada Megumi yang langsung Megumi habiskan tanpa tersisa.

“Terimakasih Yuuji, dan....”

Melihat wajah sukuna, badan Megumi gemetar, namun dirinya tidak se takut seperti pada awalnya.

Sukuna menghela napas berat, “Sebenarnya aku ingin bertanya apa yang membuatmu takut padaku. Karena kita tidak pernah bertemu sama sekali, dan aku Yakin aku tidak pernah berbuat hal keji padamu. Tapi lupakan saja, nanti kutanyakan jika kita bertemu lagi. Sekarang beristirahat lah dahulu, semoga lekas membaik.”

Sukuna menepuk bahu Megumi, penasaran dengan reaksi lawan. Ternyata Megumi memang takut kepadanya. Tanpa melepaskan tangannya dari bahu Megumi, Sukuna menyuruh Megumi menuruti instruksinya seperti mengambil nafas, menahan sebentar kemudian membuangnya, dan menyuruh Megumi merasakan sentuhan tangan di bahunya sembari menatap wajah Sukuna, dan hal-hal terapis lain.

Secara ajaib rasa takut Megumi berangsur-angsur memudar. Entah faktor rasa trauma itu sudah berlalu sangat lama, entah apa.

“Hmm, bagus, tapi aku masih penasaran dengan alasannya. Baiklah aku pergi dulu. Sampai ketemu lain kali. Yuuji, temani sahabatmu.”

Yuuji mengangguk patuh.