A Stranger Guy
Hanbin baru saja menyelesaikan kelas pagi di kampusnya. Dengan membawa beberapa beberapa buah buku berhalaman tebal, ia berjalan menuju perpustakaan.
Beberapa buku rekomendasi dari seniornya, Kim Jiwoong telah ia baca untuk menyelesaikan majalah dinding kampusnya.
Dan sekarang ia berniat untuk mengembalikan semua buku ini ke tempat seharusnya buku buku ini berada. Yaitu perpustakaan.
Ia berjalan lurus menelusuri koridor. Sesekali menyapa teman yang tak sengaja berpapasan dengannya.
Disinilah dia sekarang. Di dalam perpustakaan dengan beberapa lemari dengan ratusan –atau mungkin ribuan- buku-buku. Dari yang Hanbin mengerti sampai buku berbahasa asing yang ia tak mengerti pun ada disini.
Ia berjalan ke salah satu rak buku yang berada di pojok ruangan. Rak buku di sini jarang tersentuh oleh mahasiswa yang ada disini karena materi yang ada disini terlalu berat. Makanya buku-buku disini terlihat sedikit usang dan berdebu.
Kecualikan untuk Hanbin. Si polos maniak pembaca buku.
Ia mulai meletakkan satu persatu buku yang dibawanya, menyusunnya dengan rapih dengan bersenandung pelan. Menyanyi juga merupakan salah satu hobinya.
Ia terus melanjutkan aktivitasnya sampai menyadari seorang pemuda berambut coklat menghampiri dirinya.
“Hey Hanbin..” sapa pemuda itu. Sontak Hanbin menoleh ke arahnya.
“oh Matthew..” Hanbin tersenyum lembut. “Baru saja aku mau menghampirimu ke kelas setelah mengembalikan buku ini.”
Pemuda yang diketahui bernama Matthew itu balas tersenyum dan mengusap rambut Hanbin pelan.
“Sini kubantu menaruhnya” Matthew mengambil beberapa buku yang di bawa Hanbin dan menyusunnya di rak. Secara tak sengaja, debu dari buku-buku itu terbang dan mengenai mata Hanbin.
“Aw mataku perih..” Hanbin menggosok mata kanannya dengan tangannya. Namun tangannya langsung digenggam oleh Matthew.
“Jangan digosok seperti itu. Itu malah akan membuat matamu merah.” Matthew mendekatkan wajahnya ke wajah Hanbin.
Hanbin bisa merasakan wajahnya memerah sekarang.
Matthew meniup mata kanan Hanbin perlahan. Dan itu membuat mereka tampak seperi sepasang kekasih yang tengah berciuman di pojok ruangan.
Tak menyadari ada seorang pemuda yang menangkap kegiatan mereka. Mengepalkan kedua tangannya erat dengan makian yang ditujukan kepada orang berambut coklat yang keluar dari mulutnya.
.
.
.
. Hanbin baru saja menyelesaikan kelas pagi di kampusnya. Dengan membawa beberapa beberapa buah buku berhalaman tebal, ia berjalan menuju perpustakaan.
Beberapa buku rekomendasi dari seniornya, Kim Jiwoong telah ia baca untuk menyelesaikan majalah dinding kampusnya.
Dan sekarang ia berniat untuk mengembalikan semua buku ini ke tempat seharusnya buku buku ini berada. Yaitu perpustakaan.
Ia berjalan lurus menelusuri koridor. Sesekali menyapa teman yang tak sengaja berpapasan dengannya.
Disinilah dia sekarang. Di dalam perpustakaan dengan beberapa lemari dengan ratusan –atau mungkin ribuan- buku-buku. Dari yang Hanbin mengerti sampai buku berbahasa asing yang ia tak mengerti pun ada disini.
Ia berjalan ke salah satu rak buku yang berada di pojok ruangan. Rak buku di sini jarang tersentuh oleh mahasiswa yang ada disini karena materi yang ada disini terlalu berat. Makanya buku-buku disini terlihat sedikit usang dan berdebu.
Kecualikan untuk Hanbin. Si polos maniak pembaca buku.
Ia mulai meletakkan satu persatu buku yang dibawanya, menyusunnya dengan rapih dengan bersenandung pelan. Menyanyi juga merupakan salah satu hobinya.
Ia terus melanjutkan aktivitasnya sampai menyadari seorang pemuda berambut coklat menghampiri dirinya.
“Hey Hanbin..” sapa pemuda itu. Sontak Hanbin menoleh ke arahnya.
“oh Matthew..” Hanbin tersenyum lembut. “Baru saja aku mau menghampirimu ke kelas setelah mengembalikan buku ini.”
Pemuda yang diketahui bernama Matthew itu balas tersenyum dan mengusap rambut Hanbin pelan.
“Sini kubantu menaruhnya” Matthew mengambil beberapa buku yang di bawa Hanbin dan menyusunnya di rak. Secara tak sengaja, debu dari buku-buku itu terbang dan mengenai mata Hanbin.
“Aw mataku perih..” Hanbin menggosok mata kanannya dengan tangannya. Namun tangannya langsung digenggam oleh Matthew.
“Jangan digosok seperti itu. Itu malah akan membuat matamu merah.” Matthew mendekatkan wajahnya ke wajah Hanbin.
Hanbin bisa merasakan wajahnya memerah sekarang.
Matthew meniup mata kanan Hanbin perlahan. Dan itu membuat mereka tampak seperi sepasang kekasih yang tengah berciuman di pojok ruangan.
Tak menyadari ada seorang pemuda yang menangkap kegiatan mereka. Mengepalkan kedua tangannya erat dengan makian yang ditujukan kepada orang berambut coklat yang keluar dari mulutnya.
.
.
. Hanbin baru saja menyelesaikan kelas pagi di kampusnya. Dengan membawa beberapa beberapa buah buku berhalaman tebal, ia berjalan menuju perpustakaan.
Beberapa buku rekomendasi dari seniornya, Kim Jiwoong telah ia baca untuk menyelesaikan majalah dinding kampusnya.
Dan sekarang ia berniat untuk mengembalikan semua buku ini ke tempat seharusnya buku buku ini berada. Yaitu perpustakaan.
Ia berjalan lurus menelusuri koridor. Sesekali menyapa teman yang tak sengaja berpapasan dengannya.
Disinilah dia sekarang. Di dalam perpustakaan dengan beberapa lemari dengan ratusan –atau mungkin ribuan- buku-buku. Dari yang Hanbin mengerti sampai buku berbahasa asing yang ia tak mengerti pun ada disini.
Ia berjalan ke salah satu rak buku yang berada di pojok ruangan. Rak buku di sini jarang tersentuh oleh mahasiswa yang ada disini karena materi yang ada disini terlalu berat. Makanya buku-buku disini terlihat sedikit usang dan berdebu.
Kecualikan untuk Hanbin. Si polos maniak pembaca buku.
Ia mulai meletakkan satu persatu buku yang dibawanya, menyusunnya dengan rapih dengan bersenandung pelan. Menyanyi juga merupakan salah satu hobinya.
Ia terus melanjutkan aktivitasnya sampai menyadari seorang pemuda berambut coklat menghampiri dirinya.
“Hey Hanbin..” sapa pemuda itu. Sontak Hanbin menoleh ke arahnya.
“oh Matthew..” Hanbin tersenyum lembut. “Baru saja aku mau menghampirimu ke kelas setelah mengembalikan buku ini.”
Pemuda yang diketahui bernama Matthew itu balas tersenyum dan mengusap rambut Hanbin pelan.
“Sini kubantu menaruhnya” Matthew mengambil beberapa buku yang di bawa Hanbin dan menyusunnya di rak. Secara tak sengaja, debu dari buku-buku itu terbang dan mengenai mata Hanbin.
“Aw mataku perih..” Hanbin menggosok mata kanannya dengan tangannya. Namun tangannya langsung digenggam oleh Matthew.
“Jangan digosok seperti itu. Itu malah akan membuat matamu merah.” Matthew mendekatkan wajahnya ke wajah Hanbin.
Hanbin bisa merasakan wajahnya memerah sekarang.
Matthew meniup mata kanan Hanbin perlahan. Dan itu membuat mereka tampak seperi sepasang kekasih yang tengah berciuman di pojok ruangan.
Tak menyadari ada seorang pemuda yang menangkap kegiatan mereka. Mengepalkan kedua tangannya erat dengan makian yang ditujukan kepada orang berambut coklat yang keluar dari mulutnya.
.
. Hanbin baru saja menyelesaikan kelas pagi di kampusnya. Dengan membawa beberapa beberapa buah buku berhalaman tebal, ia berjalan menuju perpustakaan.
Beberapa buku rekomendasi dari seniornya, Kim Jiwoong telah ia baca untuk menyelesaikan majalah dinding kampusnya.
Dan sekarang ia berniat untuk mengembalikan semua buku ini ke tempat seharusnya buku buku ini berada. Yaitu perpustakaan.
Ia berjalan lurus menelusuri koridor. Sesekali menyapa teman yang tak sengaja berpapasan dengannya.
Disinilah dia sekarang. Di dalam perpustakaan dengan beberapa lemari dengan ratusan –atau mungkin ribuan- buku-buku. Dari yang Hanbin mengerti sampai buku berbahasa asing yang ia tak mengerti pun ada disini.
Ia berjalan ke salah satu rak buku yang berada di pojok ruangan. Rak buku di sini jarang tersentuh oleh mahasiswa yang ada disini karena materi yang ada disini terlalu berat. Makanya buku-buku disini terlihat sedikit usang dan berdebu.
Kecualikan untuk Hanbin. Si polos maniak pembaca buku.
Ia mulai meletakkan satu persatu buku yang dibawanya, menyusunnya dengan rapih dengan bersenandung pelan. Menyanyi juga merupakan salah satu hobinya.
Ia terus melanjutkan aktivitasnya sampai menyadari seorang pemuda berambut coklat menghampiri dirinya.
“Hey Hanbin..” sapa pemuda itu. Sontak Hanbin menoleh ke arahnya.
“oh Matthew..” Hanbin tersenyum lembut. “Baru saja aku mau menghampirimu ke kelas setelah mengembalikan buku ini.”
Pemuda yang diketahui bernama Matthew itu balas tersenyum dan mengusap rambut Hanbin pelan.
“Sini kubantu menaruhnya” Matthew mengambil beberapa buku yang di bawa Hanbin dan menyusunnya di rak. Secara tak sengaja, debu dari buku-buku itu terbang dan mengenai mata Hanbin.
“Aw mataku perih..” Hanbin menggosok mata kanannya dengan tangannya. Namun tangannya langsung digenggam oleh Matthew.
“Jangan digosok seperti itu. Itu malah akan membuat matamu merah.” Matthew mendekatkan wajahnya ke wajah Hanbin.
Hanbin bisa merasakan wajahnya memerah sekarang.
Matthew meniup mata kanan Hanbin perlahan. Dan itu membuat mereka tampak seperi sepasang kekasih yang tengah berciuman di pojok ruangan.
Tak menyadari ada seorang pemuda yang menangkap kegiatan mereka. Mengepalkan kedua tangannya erat dengan makian yang ditujukan kepada orang berambut coklat yang keluar dari mulutnya.
.